I.
JUDUL PERCOBAAN : KUNANG-KUNANG SEBAGAI BIO INDIKATOR
II.
TUJUAN PERCOBAAN :
1.
Mengetahui dampak pencemaran udara dengan mengamati keberadaan
kunang-kunang
2.
Mengetahui daerah yang tercemar dan tidak tercemar dengan mengamati
keberadaan kunang-kunang sekarang
3.
Mengetahui tingkat populasi kunang-kunang
III.
HASIL PENGAMAATAN/PEMBAHASAN
A. Serangga
Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas atau Arthropoda yang bertungkai enam (tiga pasang);
karena itulah mereka disebut pula Hexapoda dari bahasa Yunani yang berarti
"berkaki enam". Kajian mengenai peri kehidupan serangga
disebut entomologi, Serangga termasuk dalam kelas insekta subfilum Uniramia
yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, Antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya
kumbang, kunang-kunang), Hymenoptera (misalnya
semut, lebah,dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua
serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya
termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap.
Serangga merupakan hewan beruasdengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.
Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kalisukses berkolonisasi dibumi.
B. Sejarah
1.
Keanekaragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta tahun yang lalu).
2.
Pada periode Permian (270 juta tahun yang
lalu) beberapa kelompok serangga telah menyerupai bentuk yang
dijumpai sekarang.
3.
Sayap pada serangga mungkin
pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga
itu menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang.
Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncurdari
vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi sebagai insangdalam serangga akuatik. Hipotesis
lain menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk
terbang.
C.
Kemampuan
1.
Salah satu alasan mengapa serangga memiliki
keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga
bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada
beberapa spesies bahkan mampu menghasilkanbeberapa
generasi dalam satu tahun. Kemampuan serangga lainnya
yang dipercaya telah mampu menjaga eksistensi serangga hingga kini
adalah kemampuan terbangnya. Hewan yang dapat
terbang dapat menghindari banyak
predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan menyebar ke habitat
baru jauh lebih cepat dibandingkan dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan
tanah.
2.
Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan beberapa tahapan yang
berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang mengalami metamorfosis
sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera,dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak
sempurna merupakan siklus hidup dengan tahapan :telur, nimfa, dan imago. Peristiwa larva
meniggalkan telur disebut dengan eclosion. Setelah
eclosion, serangga yang baru ini dapat serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya. Tahapan belum
dewasa ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan yang banyak.
3.
Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan
pertambahan berat badan,biasanya dalam bentuk tangga dimana pada setiap tangga
digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exuvium), dimana
proses ini disebut molting. Karena itu pada setiap tahapan,
serangga tumbuh sampai dimana pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi dan
seterusnya sampai sempurna.
D.
Morfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa
dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya
menyerupai hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh
serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax),dan perut (abdomen).
E.
Peran serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya
yaitu sebagai organisme
pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika danwisata,
bermanfaat pada proses
penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung)
yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll
Kunang-Kunang
Kunang-kunang adalah sejenis serangga
yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh
"sinar dingin" yang tidak mengandung ultra violet maupun sinar infra merahdan memiliki panjang
gelombang 510 sampai
670 nanometer, dengan warna merah
pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai
96%. Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat
ditemukan di daerah empat musim dan tropis diseluruh dunia. Banyak sepesies iniyang ditemukan dirawa atau hutan yang basah dimana
tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya. Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk
saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin,
menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain
itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk
menarik sang betina, sementara pada spesies
lainnya, sang betina yang “memanggil.”
Sebagian kunang-kunang menggunakan
cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai
tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang
lezat. Bagi kunang-kunang
kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis
ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan
sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak
dan dimakan oleh Photuris betina. Cahaya kunang-kunang
berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama
jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung
pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang
berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh
kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali
bagian perut yang tidak dimakannya.
1.
Penciptaan
kunang-kunang
Thomas Edison adalah
seorang ilmuwan terbesar di dunia. Sekitar seratus dua puluh tahun telah berlalu
sejak ia menemukan bola lampu. Dalam masa ini, bola lampu telah menjadi bagian penting
kehidupan manusia. Kini, jutaan bola lampu mungil bersama-samamenerangi
kota-kota besar di seluruh dunia.Penerangan menjadi suatu simbul penting bagi
peradaban ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita
tentunya pernah menjumpai cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari. Cahayanya
begitu kuat dan terang, namun sumber penerangan ini sangatlah berbeda dengan bola
lampu. Bahkan ia sama sekali bukanlah benda, melainkan makhluk hidup.
Ia adalah seekor kunang-kunang. Makhluk kecil ini
menghasilkan cahaya dalam tubuhnya meski ia tidak
memiliki bola lampu. Meskipun tidak menggunakan listrik, ia memiliki teknologi yang
jauh lebih hebat. Teknologi ini lebih efektif dari bola
lampu yang mampu merubah sepuluh
persen saja dari energinya menjadi cahaya, sedangkan Sembilan puluh persen sisanya
berubah dan hilang menjadi panas. Sebaliknya, kunang-kunang mampu menghasilkan hampir seratus persen
cahaya dari energi yang ada. Ini
dikarenakan disain sempurna pada sistem penghasil cahaya yang dimilikinya. Tubuhnya
berisi zat kimia khusus bernama lusiferin, dan enzim yang disebut lusiferase. Untuk menghasilkan cahaya,
dua zat kimia ini bercampur, dan percampuran ini menghasilkan energi
dalam bentuk cahaya. Molekul kompleks ini telah didisain secara khusus untuk
memancarkan cahaya. Sekelompok kunang-kunang dalam jumlah besar, hingga ratusan ribu, di
malam hari memunculkan pemandangan yang membuat kita seolah sedang berjalan di
bawah bintang-bintang.
Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang
sebagai alat komunikasi. Sepanjang sejarah,
manusia telah menggunakan berbagai sarana untuk berkomunikasi. Salah satunya adalah sandi
morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal panjang dan pendek, dan dipakai pada telegram.
Kunang-kunang menggunakan sinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai
sandi morse. Kunang-kunang jantan
menyalakan dan memadamkan cahayanya untuk mengirim pesan kepada sang
betina. Pesan ini berisi kode tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang sama untuk mengirim pesan balasan kepada sang
jantan. Sebagai hasil dari pesan
timbal-balik ini, sang jantan dan betina mendekat satu sama lain. Sejak saat ia
dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui bagaimana berkirim pesan dengan cara ini, dan
bagaimana memahami pesan yang dikirim oleh yang lain. Singkatnya, masing-masing dari ribuan kunang-kunang yang kita lihat bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban
penciptaan. Meskipun kunang-kunang menghasilkan cahaya
hampir 20 kali lebih besar dari bola lampu, suhu
kunang-kunang tidak naik karena sifat dingin cahaya mereka.
Gambar 1. Kunang-kunang Baik kunang-kunang
jantan maupun betina sama-sama dapat mengeluarkan cahaya. Ketika tiba musim
kawin, jantan akan mulai berpatroli pada area tertentu untuk menarik perhatian betina
yang ada disitu. Jantan akan memulai pertunjukan tarian cahayanya dengan harapan terlihat oleh betina dan
betina akan tertarik padanya. Para betina biasanya akan menunggu,
dan sekali kunang-kunang jantan dapat menarik perhatian betina, sang betina akan membalas sang
jantan dengan memberi sinyal cahaya juga yang menandakan bahwa ia telah siap untuk kawin. Cahaya yang dikeluarkan oleh kunang-kunang sendiri berasal dari
perut bagian bawah mereka. Cahaya
dihasilkan oleh lapisan kecil sel yang disebut photocytes yang terdiri dari beberapa lapis sel
reflektif yang dapat mengeluarkan cahaya berwarna kuning kehijauan. Secara
khusus, di dalam sel reflektif penghasil cahaya ini terdapat sebuah organel yang disebut
peroxizome. Bahan kimia yang terletak di dalam organel inilah yang dapat menghasilkan cahaya.
Magnesium
dan ATP dalam peroxizome akan bereaksi dengan enzim yang dikenal sebagai
luciferase dan protein luciferin. Kombinasi ini akan menciptakan molekul yang sangat
tidak stabil dan melepaskan energinya dalam bentuk foton cahaya. Dan selanjutnya ketika
oksigen masuk ke dalam campuran ini, molekul akan kembali menjadi stabil sehingga cahaya
pun menjadi padam.
2. Metamorfosis Kunang-Kunang
Betina akan meletakan telur sekitar seratus butir atau
lebih di tanah, didasar pohon. Beberapa spesies asia hidup dalam air (sehubungan ditemukanya insang trakeal ) yang hidup dibawah air. Larva instar tiga
sampai instar enam Luciola substiata berenang dan hidup didalam air. Kecepatan berenang larva tersebut lebih kurang 0,9 m/jam. Larva bersifat karnifora, memakan serangga lain, siput dan slug´. Spesies tropical genus Pyractomenabersifa arboreal, memakan siput arboreal
dan pupanya mengantung di bawah daun seperti halnya
kupu-kupu chrysalis. Larva akan hidup setara
satu atau dua tahun. Pada kunang-kunang dewasa, selain untuk memberi peringatan tanda bahaya, cahaya pada tubuhnya
berfungsi untuk menarik perhatian
pasangannya. Tidak hanya kunang-kunang dewasa, bayi kunang-kunang yang
masih berupa larva juga mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk memperingatkan
hewan lain yang akan memangsa
mereka agar tidak mendekat.Setelah terjadi perkimpoian,
kunang-kunang betina akan meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah.
Telur-telur tersebut akan menetas menjadi larvas etelah 3-4 minggu
danakan terus diberi makan hingga musim panas berakhir. Setelah kira-kira 1-2 minggu larva
tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian akan menjadi kunang-kunang dewasa.
1.
Pengaruh
Cahaya
1.1 Analisis Cahaya
Kunang-kunang
Pada bagian perut kunang-kunang terdapat lentera yang menjadi
sumber cahaya. Lentera serangga ini terdiri dari
beberapa lapisan sel pemantul cahaya dan satu lapisan yang terdiri dari ribuan sel photocyte. Sel photocyte ini terletak pada
cincin di sekeliling sel trakea.Sel ini banyak mengandung senyawa protein
luciferin. Luciferin kemudian bereaksi dengan ATP (adenosin triphosphat). Perlu diketahui, ATP boleh disebut sebagai sumber bahan bakar bagi energi cahaya bioluminescent.
Luciferin menjadi aktif oleh adanya enzim luciferase.Luciferin yang telah aktif ini kemudian bereaksi dengan
oksigen. Hasil reaksi ini adalah energi dalam bentuk cahaya kunang-kunang. Keseluruhan
reaksi berlangsung didalam sel photocyte sehingga lantern dapat terlihat
bercahaya (skema). Perut kunang-kunang terlihat mengeluarkan flash secara periodik dan teratur. Hal ini
diatur oleh kerja saraf. Namun
ternyata saraf pada kunang-kunang ini tidak terhubung langsung dengan bagian sel photocyte. Ujung dari
saraf ditemukan berada pada sel trakea yang berada di samping sel photocyte. Ada jarak 17 meter di antara keduanya. Jarak yang cukup
jauh bagi ukuran molekul.
3.2 Mekanisme sinar kedap-kedip pada
kunang-kunang
Prof
Barry Trimmer dari Tufts University, Massachusetts, dalam publikasinya
padamajalah Science vol 292 tahun 2001 berhasil menguak proses kimia pada
mekanisme kedap-kedip cahaya kunang-kunang. Kuncinya adalah padamolekul
sederhana gas nitrogenmonooksida (NO) yang berfungsi sebagai penghantar sinyal
flash. Untuk menguak misteri ini, Prof Trimmer meletakkan kunang-kunang dalam ruangan tertutup yang mengandung gas oksigen. Gas NO juga dialirkan kedalam ruangan. Pada kondisi
demikian, ternyata kunang-kunang dapat bercahaya dengan terang. Cahayanya
terlihat dapat bertahan lebih lama. Sebaliknya,
jika aliran gas NO dihentikan, cahaya kunang-kunang berangsur berkurang. Dari situlah merekamemperkirakan bahwa gas NO memiliki andil dalam
proses bercahaya kunang-kunang tersebut.
Namun,
dari itu saja belum dapat disimpulkan apakah gas NO berefek secara langsung pada sel photocyte atau pada sel saraf.
Untuk membuktikan itu, mereka menggunakan lantera kunang-kunang yang telah dilepaskan sel
sarafnya. Sebagai gantinya, dimasukkan octopamine yang merupakan ujung sel saraf. Pada kondisi seperti initerlihat adanya sinar kedap-kedip pada
lentera serangga ini. Hal ini berarti ada senyawa penghantar (sensor) biokimia di antara keduanya. Pada percobaan
lainnya, ditambahkansenyawa yang dapat menangkap gas NO secara efektif. Pada
saat gas NO tidak ada dalam ruangan
tersebut, ternyata tidak ada cahaya yang timbul. Ini meyakinkan mereka
akanpengaruh gas NO. Gas ini ternyata memang berefek langsung memberi sinyal
pada sel photocyte. Mereka juga menemukan
bahwa di antara ujung sel saraf dan photocyte banyak terdapat enzim
penghasil gas NO (nitric oxide synthetase atau NOS). Enzim ini diaktifkan oleh
octopamine untuk menghasilkan gas NO. Kemudian molekul kecilini dengan mudah melewati dinding membran sel untuk berdifusi ke dalam sel photocyte.
2.
Tingkat Populasi Kunang-Kunang
Untuk
meningkatkan populasi kunang-kunang, beberapa negara telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Sebagai contoh di Jepang.
Anak-anak di Jepang ikut menjaga dan
melestarikan kunang-kunang. Hingga kini belum ada yang memastikan penyebab anjolknya populasi kunang-kunang, tetapi para ahli menduga
hilangnya habitat dan polusicahaya adalah biangnya. Tepi-tepi sungai sudah ditumbuhi bangunan. Kilau lampu-lampubuatan dari bangunan di
daratan menyulitkan kunang-kunang dewasa untuk saling bertemu dan kawin di kegelapan malam.
3.
Habitat
Kebanyakkan
spesies kunang-kunang ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, payau, lembah, parit dan
padang rumput. Yang mungkin disebabkan kelembaban di
daerah tersebut lebih lama dibanding daerah sekitarnya. Meskipun demikian beberapa spesies ditemukan didaerah yang sangat
kersang dan kering. Di daerah kersang ini dewasa dan
larva dapat dengan mudah/cepat ditemukan
setelah hujan. Kunang-kunang dewasa memiliki waktu hidup yang pendek.
4.
Pengaruh Kunang-Kunang Dalam Kehidupan Manusia
Pengaruh
pencemaran lingkungan persawahan terhadap kehidupan
larvakunang-kunang diantaranya adalah sebagai berikut (Herawati, 1981) :
a. Pengaruh
Tidak Langsung, umumnya bersifat merusak
lingkungan hidup dari kunang-kunang , misal
perubahan pH air, rendahnya kandungan Oksigen, perubahan temperature dan kekeruhan. pH air sangat berpengaruh terhadap kehidupan larva
kunang-kunang sedang ketahanannya tergantung pada umur larva tersebut. Variasi pH air
yang baik untuk kehidupan larva kuang-kunang berkisar antara 6,5 ± 9,0.
Sampah-sampah pencemar lingkungan mengandung pH
basa dan asam, hal ini menyebabkan selalu terjadi perubahan pH. pH air yang kurang dari 5 dapat menyebabkan
terjadinya penggumpalan lendir pada
insang larva kunang-kunang sehingga menyebabkan ikan mati lemas. pH air yang lebih dari 9 akan menyebabkan larva tidak nafsu makan. Kandungan oksigen normal yaitu 4mg/liter. Proses penguraian bahan organik, pernafasan, dan
pembusukan dalam air dapat mengakibatkan
habisnya persediaan oksigen terlarut. Kenaikan
temperature menyebabkan aktifitas
metabolism organisme air meningkat dan ini mengakibatkan berkurangnya gas-gas
yang terlarut didalam air. Kenaikan temperature
juga akan menambah daya racun. Pencemaran yang
disebabkan oleh pasir dan lumpur akan
menyelimuti insang, sehingga sulit
bernafas. Lumpur juga akan menyerap makanan yang berguna.
a. Pengaruh
Langsung, beberapa bahan pencemar yang
terdiri dari bahan-bahan kimia yang berdaya racun tinggi dapat langsung mematikan larva kunang-kunang. Reaksi fisiologi
larva terhadap pengaruh pestisida konsentrasi
tinggi mukai terlihat setelah 30 sampai 60 menit sejak masuknya pestisida ke perairan. Pada konsentrasi
rendah, reaksi inimulai terlihat dalam jangka waktu yang lebih lama.
Insektisida organofosfat seperti diazinon, penthion, fonofos, dan tenofos mempunyai pengaruh yang menyebabkan tidak
aktifnya enzim acetylholinesterase didalam
syaraf larva dan lama kelamaan larva tersebut akan mati. Kecepatan terjadinya pengaruh organ ofosfat tergantung pada
lamanya pencemaran, sifatdasar insektisida yang bersangkutan dan konsentrasinya. Daya racun herbisida pada umumnya lebih rendah dari
daya racun insektisida.
1. Klasifikasi Kunang-kunang
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Lampyridae
Genus : Photuris
Spesies : Photuris
lucicrescens
2.
Jenis
Makanan
Makanan
kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-siputan kecil, cacing,maupun
serangga lain.
3.
Cara
Pemeliharaan Kunang-kunang
Bila ingin memelihara kunang-kunang, sebaiknya menyiapkan tempat yang di desain hampir sama dengan
habitat aslinya. Tidak harus seluas dengan yang aslinya. Yang penting kunang-kunang nyaman
dan betah tinggal disana. Makanannya pun bisa di ambil dari alam sekitar kita.
4.
Reproduksi Kunang-kunang
Diketahui ada dua tipe ritual perkawinan
kunang-kunang. Tipe pertama,
kunang-kunang betina akan melepaskan cahaya yang menarik perhatian kunang-kunang
jantan. Pada tipe ini, kunang-kunang betina merupakan pihak yang aktif mencari pasangan sedangkan yang jantan pasif. Pada tipe kedua, ritual
perkawinan diawali dengan kedipan-kedipan cahaya kunang-kunang jantan yang
mengabarkan bahwa ia adalah perjaka atau duda kesepian yang tengah mencari kekasihnya yang
kini entah dimana. Terbang kian kemari sambil berharap ada kunang-kunang betina
yang sedang mejeng mencari jodoh. Kedipan cahaya suatu
jenis kunang-kunang memiliki warna, intensitas dan kekuatanyang khas sehingga
hanya kunang-kunang jenis yang sama yang mampu mengartikulasikan makna kedipan cahaya
tersebut. Kekhasan cahaya pada saat mencari pasangan ini pulalahyang digunakan
oleh para ahli untuk membedakan berbagai jenis kunang-kunang. Kunang-kunang betina
jarang terbang mencari pasangan hidup, ia hanya menunggudi atas tanah atau
rerumputan sambil berharap ada isyarat dari
kunang-kunang jantan yang bakal menjadi tambatan
hatinya. Ketika melihat cahaya kunang-kunang jantan, sang betina akan memberikan respon
dengan pancaran cahaya yang mengisyaratkan bahwa ia telahmengenali signal sang
jantan. Selanjutnya pejantan
terbang menuju betina dambaan hidupnya. Setelah dekat, kunang-kunang jantan mengeluarkan cahaya terang berkali-kali, mungkin
untuk meyakinkan bahwa cintanya tidak
bertepuk sebelah tangan. Demikian juga si betina akan mengeluarkansinar terang
yang menandakan siap bercumbu, pejantan akan mendekati betina dan kemudian mereka kawin.
Proses perkawinan terjadi dengan saling menyentuhkan kedua alat kelaminnya yang berada di ujung perut
dan dilanjutkan dengan transfer paket sperma dari pejantan ke tubuhbetina.
Paket sperma akan disimpan di dalam abdomen betina sampai ia siap bertelur.
Proses perkawinan dapat
berlanjut sepanjang malam, dan pada saat itu kunang-kunang
tidak mengeluarkan cahaya. Setelah proses
perkawinan, betina langsung memakan sang kekasihnya yang telah membuahi sel telurnya.
Serangga jenis tertentu juga ada yang mempunyai kebiasaan seperti ini seperti Black widow,
dll.
Dengan memakan lawan jenisnya, maka sang betina mendapatkan tambahan
protein untuk membesarkan sel telur yang ada dalam tubuhnya. Kunang-kunang bertelur pada saat hari gelap, telur-telurnya yang
berjumlah antara100 dan 500 butir diletakkan di tanah, ranting, rumput, di
tempat berlumut atau di bawahdedaunan. Pekuburan yang tanahnya relatif gembur
dan tidak banyak terganggu merupakan lokasi ideal perteluran
kunang-kunang. Setelah sekitar 30
hari, muncul larva kunang-kunang menyerupai cacing memancarkan cahaya,
bentuknya pipih dengan kepala kecil dan rahang kuat. Fungsi cahaya pada larva hanya untuk
memperingatkan pemangsa agar tidak mencoba mengganggunya. Aktivitas utama larva
adalah makan makanan yang berupa cacing tanah, siput kecil atauserangga kecil
lain. Masa larva merupakan
masa paling lama yaitu sekitar1-2 tahun sebelummenjadi kepom-pong. Hanya
sebagian kecil dari telur kunang-kunang menetas menjadi larvadan hanya sedikit
larva yang sukses menjadi kepompong. Beberapa pemangsa memangsa telur maupun
kunang-kunang yunior. Sebelum menjadi
kepompong larva akan membuat liang di dalam tanah.
Selanjutnya ia akan masuk dan
melingkarkan tubuhnya di dakam liang. Mulutnya akan mengeluarkan lendir lengket yang
ditempelkan di dinding liang. Setelah sebulan larva beristirahat dalam bilik, ia menanggalkan
kulit untuk terakhir kali dan memasuki masa kepompong. Kepompong pada mulanya
berwarna kuning pucat dan perlahan-lahan menjadi gelap, masa kepompong berlangsung
sekitar 10 hari. Kunang-kunang dewasa keluar dari
kepompong dengan tubuh pucat yang akhirnya berkembang menjadi
lebih gelap. Kedua pasang sayap direntangkan
agar mengembang dan kering. Kunang-kunang dewasa ini tinggal di
dalam bilik selama beberapa hari sampai kedua sayap depannya
benar-benar keras dan membentuk elitera, perisai yang melindungi kedua sayap belakangnya
yang lunak. Kunang-kunang dewasa hidup selama 2
- 3 minggu, untuk melakukan perkawinan. Selama itu aktivitas
makan kunang-kunang sangat beragam, beberapa jenis hanya mengisap cairan tumbuhan
sementara jenis lainnya meneruskan kebiasaan makan seperti ketika masih larva, sebagai pemakan
serangga lain atau siput-siputan kecil .
I.
KESIMPULAN
1. Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas atau Arthropoda yang bertungkai enam (tiga pasang).
2. Kunang-kunang adalah sejenis serangga
yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari.
3. Cahaya kunang-kunang dihasilkan oleh "sinar dingin" yang
tidak mengandung ultra violet maupun sinar infra merah dan memiliki panjang
gelombang 510 sampai
670 nanometer, dengan warna merah
pucat, kuning, atau hijau.
4. Kilau lampu-lampubuatan
dari bangunan di daratan menyulitkan kunang-kunang dewasa untuk saling bertemu dan kawin di kegelapan malam.
5. Kebanyakkan
spesies kunang-kunang ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, payau, lembah, parit dan
padang rumput.
6.
Kunang-kunang menggunakan cahaya mereka
untuk mempertahankan diri, dan mencari pasangannya.
II.
DAFTAR PUSTAKA
Borror et al. 2005.Study of Insect Ed-7. Amerika: Thomson
Brook/ Cole.Campbell, N.A,J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.ISBN :979-688-469-0. Jakarta: Erlangga.
Prosiding Seminar Nasional Biologi XV,Universitas Lampung,ISBN979-8287-17-7.Lampung: Perhimpunan
Biologi Indonesia.Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. (1991/1992).
Pendidikan IPA II , Hal 7-11 Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan Suranto A. 2004. Khasiat & Manfaat Madu Herbal.ISBN 9793702028. Jakarta:AgroMedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar