Minggu, 09 November 2014

kunang-kunang menjadi bioindikator

I.          JUDUL PERCOBAAN               :     KUNANG-KUNANG SEBAGAI BIO INDIKATOR

II.       TUJUAN PERCOBAAN            :
1.      Mengetahui dampak pencemaran udara dengan mengamati keberadaan  
kunang-kunang       
2.      Mengetahui daerah yang tercemar dan tidak tercemar dengan mengamati
keberadaan kunang-kunang sekarang
3.      Mengetahui tingkat populasi kunang-kunang

III.    HASIL  PENGAMAATAN/PEMBAHASAN
A.     Serangga
Serangga (disebut  pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas atau Arthropoda yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam". Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi, Serangga termasuk dalam kelas insekta subfilum Uniramia yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, Antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang, kunang-kunang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah,dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruasdengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kalisukses berkolonisasi dibumi.
B. Sejarah
1.      Keanekaragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta tahun yang lalu).
2.      Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang.
3.      Sayap pada serangga mungkin pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang. Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncurdari vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi sebagai insangdalam serangga akuatik.  Hipotesis lain menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang.

C.      Kemampuan
1.      Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkanbeberapa generasi dalam satu tahun. Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu menjaga eksistensi serangga hingga kini adalah kemampuan terbangnya. Hewan yang dapat terbang dapat menghindari banyak predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan menyebar ke habitat baru jauh lebih cepat dibandingkan dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan tanah.
2.      Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna,  yaitu siklus hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera,dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna merupakan siklus hidup dengan tahapan :telur, nimfa, dan imago. Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion. Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya. Tahapan belum dewasa ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan yang banyak.
3.      Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan pertambahan berat badan,biasanya dalam bentuk tangga dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting. Karena itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana pembungkus luar menjadi terbatas,  setelah ditinggalkan lagi dan seterusnya sampai sempurna.
D.     Morfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax),dan perut (abdomen).
E.      Peran serangga
Banyak  serangga  yang  bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika danwisata, bermanfaat pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll


Kunang-Kunang

Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultra violet maupun sinar infra merahdan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.  Kunang-kunang  termasuk  dalam  golongan Lampyridae yang merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis diseluruh dunia.  Banyak sepesies iniyang ditemukan dirawa atau hutan yang basah dimana tersedia banyak persediaan makanan untuk  larvanya. Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.”

Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat. Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina. Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

1.     Penciptaan kunang-kunang
      Thomas Edison adalah seorang ilmuwan terbesar di dunia. Sekitar seratus dua puluh tahun telah berlalu sejak ia menemukan bola lampu. Dalam masa ini, bola lampu telah menjadi bagian penting kehidupan manusia. Kini, jutaan bola lampu mungil bersama-samamenerangi kota-kota besar di seluruh dunia.Penerangan menjadi suatu simbul penting bagi peradaban ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita tentunya pernah menjumpai cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari. Cahayanya begitu kuat dan terang, namun sumber penerangan ini sangatlah berbeda dengan bola lampu. Bahkan ia sama sekali bukanlah benda, melainkan makhluk hidup.
Ia adalah seekor kunang-kunang. Makhluk kecil ini menghasilkan cahaya dalam tubuhnya meski ia tidak memiliki bola lampu. Meskipun tidak menggunakan listrik, ia memiliki teknologi yang jauh lebih hebat.  Teknologi  ini lebih efektif dari bola lampu yang mampu merubah sepuluh persen saja dari energinya menjadi cahaya, sedangkan Sembilan puluh persen sisanya berubah dan hilang menjadi panas.  Sebaliknya,  kunang-kunang  mampu menghasilkan hampir seratus persen cahaya dari energi yang ada. Ini dikarenakan disain sempurna  pada  sistem penghasil cahaya yang dimilikinya. Tubuhnya berisi zat kimia khusus bernama lusiferin, dan enzim yang disebut lusiferase. Untuk menghasilkan cahaya, dua  zat  kimia  ini  bercampur, dan percampuran  ini menghasilkan energi dalam bentuk cahaya. Molekul  kompleks  ini telah didisain secara khusus untuk memancarkan cahaya. Sekelompok  kunang-kunang dalam jumlah besar, hingga ratusan ribu, di malam hari memunculkan pemandangan yang membuat kita seolah sedang berjalan di bawah bintang-bintang.
Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai  alat  komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan berbagai sarana untuk berkomunikasi.  Salah satunya adalah sandi morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal panjang dan pendek, dan dipakai pada telegram. Kunang-kunang menggunakan sinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai sandi morse. Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan cahayanya untuk mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini berisi kode tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang  sama untuk mengirim pesan balasan kepada sang jantan. Sebagai hasil dari pesan timbal-balik ini, sang jantan dan betina mendekat satu sama lain. Sejak saat ia dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui bagaimana berkirim pesan dengan cara ini, dan bagaimana memahami pesan yang dikirim oleh yang lain.  Singkatnya,  masing-masing dari ribuan  kunang-kunang yang kita lihat bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban penciptaan.  Meskipun kunang-kunang menghasilkan cahaya hampir 20 kali lebih besar dari bola lampu, suhu kunang-kunang tidak naik karena sifat dingin cahaya mereka.
            Gambar 1. Kunang-kunang Baik kunang-kunang jantan maupun betina sama-sama dapat mengeluarkan cahaya. Ketika tiba musim kawin, jantan akan mulai berpatroli pada area tertentu untuk  menarik  perhatian betina yang  ada disitu.  Jantan akan memulai pertunjukan tarian cahayanya dengan harapan terlihat oleh betina dan betina akan tertarik padanya. Para betina biasanya akan menunggu, dan sekali kunang-kunang jantan dapat menarik perhatian betina, sang betina akan membalas sang jantan dengan memberi sinyal cahaya juga yang menandakan bahwa ia telah siap untuk kawin. Cahaya  yang  dikeluarkan oleh kunang-kunang sendiri berasal dari perut bagian bawah mereka. Cahaya dihasilkan oleh lapisan kecil sel yang disebut photocytes yang terdiri dari beberapa lapis sel reflektif yang dapat mengeluarkan cahaya berwarna kuning kehijauan. Secara khusus, di dalam  sel reflektif penghasil cahaya ini  terdapat sebuah organel yang disebut peroxizome. Bahan kimia yang terletak di dalam organel inilah yang dapat menghasilkan cahaya.
 Magnesium dan ATP dalam peroxizome akan bereaksi dengan enzim yang dikenal sebagai luciferase dan protein luciferin. Kombinasi ini akan menciptakan molekul yang sangat tidak stabil dan melepaskan energinya dalam bentuk foton cahaya. Dan selanjutnya ketika oksigen masuk ke dalam campuran ini, molekul akan kembali menjadi stabil sehingga cahaya pun menjadi padam.
2.     Metamorfosis Kunang-Kunang
Betina akan meletakan telur sekitar seratus butir atau lebih di tanah, didasar pohon.  Beberapa spesies asia hidup dalam air (sehubungan ditemukanya  insang  trakeal ) yang hidup dibawah air. Larva instar tiga sampai instar enam Luciola substiata berenang dan hidup didalam air.  Kecepatan berenang larva tersebut lebih kurang 0,9 m/jam.  Larva bersifat karnifora,  memakan serangga lain, siput dan slug´.  Spesies tropical genus Pyractomenabersifa arboreal, memakan siput arboreal dan pupanya mengantung di bawah daun seperti halnya kupu-kupu chrysalis. Larva akan hidup setara satu atau dua tahun. Pada kunang-kunang dewasa,  selain untuk memberi peringatan tanda bahaya, cahaya pada tubuhnya berfungsi untuk menarik perhatian pasangannya.  Tidak  hanya kunang-kunang dewasa, bayi kunang-kunang yang masih berupa larva juga mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk memperingatkan hewan lain yang akan memangsa mereka agar tidak mendekat.Setelah terjadi perkimpoian, kunang-kunang betina akan meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah. Telur-telur tersebut akan menetas menjadi larvas etelah 3-4 minggu danakan terus diberi makan hingga musim panas berakhir.  Setelah kira-kira 1-2 minggu larva tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian akan menjadi kunang-kunang dewasa.
 

1.      Pengaruh Cahaya

1.1   Analisis Cahaya Kunang-kunang

Pada bagian perut kunang-kunang terdapat lentera yang menjadi sumber cahaya. Lentera serangga ini terdiri dari beberapa lapisan sel pemantul cahaya dan satu lapisan yang terdiri dari ribuan sel photocyte. Sel photocyte ini terletak pada cincin di sekeliling sel trakea.Sel ini banyak mengandung senyawa protein luciferin. Luciferin kemudian bereaksi dengan ATP (adenosin triphosphat). Perlu diketahui, ATP boleh disebut sebagai sumber bahan bakar bagi energi cahaya bioluminescent. Luciferin menjadi aktif oleh adanya enzim luciferase.Luciferin yang telah aktif ini kemudian bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini adalah energi dalam bentuk cahaya kunang-kunang. Keseluruhan reaksi berlangsung didalam sel photocyte sehingga lantern dapat terlihat bercahaya (skema). Perut kunang-kunang terlihat mengeluarkan flash secara periodik dan teratur. Hal ini diatur oleh kerja saraf. Namun ternyata saraf pada kunang-kunang ini tidak terhubung langsung dengan bagian sel photocyte. Ujung dari saraf ditemukan berada pada sel trakea yang berada di samping sel photocyte. Ada jarak 17 meter di antara keduanya. Jarak yang cukup jauh bagi ukuran molekul.

 3.2  Mekanisme sinar kedap-kedip pada kunang-kunang
Prof Barry Trimmer dari Tufts University, Massachusetts, dalam publikasinya padamajalah Science vol 292 tahun 2001 berhasil menguak proses kimia pada mekanisme kedap-kedip cahaya kunang-kunang. Kuncinya adalah padamolekul sederhana gas nitrogenmonooksida (NO) yang berfungsi sebagai penghantar sinyal flash. Untuk menguak misteri ini, Prof Trimmer meletakkan kunang-kunang dalam ruangan tertutup yang mengandung gas oksigen. Gas NO juga dialirkan kedalam ruangan. Pada kondisi demikian, ternyata kunang-kunang dapat bercahaya dengan terang. Cahayanya terlihat dapat bertahan lebih lama. Sebaliknya, jika aliran gas NO dihentikan, cahaya kunang-kunang berangsur berkurang. Dari situlah merekamemperkirakan bahwa gas NO memiliki andil dalam proses bercahaya kunang-kunang tersebut.
Namun, dari itu saja belum dapat disimpulkan apakah gas NO berefek secara langsung pada sel photocyte atau pada sel saraf. Untuk membuktikan itu, mereka menggunakan lantera kunang-kunang yang telah dilepaskan sel sarafnya. Sebagai gantinya, dimasukkan octopamine yang merupakan ujung sel saraf. Pada kondisi seperti initerlihat adanya sinar kedap-kedip pada lentera serangga ini. Hal ini berarti ada senyawa penghantar (sensor) biokimia di antara keduanya. Pada percobaan lainnya, ditambahkansenyawa yang dapat menangkap gas NO secara efektif. Pada saat gas NO tidak ada dalam ruangan tersebut, ternyata tidak ada cahaya yang timbul. Ini meyakinkan mereka akanpengaruh gas NO. Gas ini ternyata memang berefek langsung memberi sinyal pada sel photocyte. Mereka juga menemukan bahwa di antara ujung sel saraf dan photocyte banyak terdapat enzim penghasil gas NO (nitric oxide synthetase atau NOS). Enzim ini diaktifkan oleh octopamine untuk menghasilkan gas NO. Kemudian molekul kecilini dengan mudah melewati dinding membran sel untuk berdifusi ke dalam sel photocyte.
2.     Tingkat Populasi Kunang-Kunang
Untuk meningkatkan populasi kunang-kunang, beberapa negara telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Sebagai contoh di Jepang. Anak-anak di Jepang ikut menjaga dan melestarikan kunang-kunang. Hingga kini belum ada yang memastikan penyebab anjolknya populasi kunang-kunang, tetapi para ahli menduga hilangnya habitat dan polusicahaya adalah biangnya. Tepi-tepi sungai sudah ditumbuhi bangunan. Kilau lampu-lampubuatan dari bangunan di daratan menyulitkan kunang-kunang dewasa untuk saling bertemu dan kawin di kegelapan malam.
3.     Habitat
Kebanyakkan spesies kunang-kunang ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, payau, lembah, parit dan padang rumput. Yang mungkin disebabkan kelembaban di daerah tersebut lebih lama dibanding daerah sekitarnya. Meskipun demikian beberapa spesies ditemukan didaerah yang sangat kersang dan kering. Di daerah kersang ini dewasa dan larva dapat dengan mudah/cepat ditemukan setelah hujan. Kunang-kunang dewasa memiliki waktu hidup yang pendek.
4.     Pengaruh Kunang-Kunang Dalam Kehidupan Manusia
Pengaruh pencemaran lingkungan persawahan terhadap kehidupan larvakunang-kunang diantaranya adalah sebagai berikut (Herawati, 1981) :
a.       Pengaruh Tidak Langsung, umumnya bersifat merusak lingkungan hidup dari kunang-kunang , misal perubahan pH air, rendahnya kandungan Oksigen, perubahan temperature dan kekeruhan. pH air sangat berpengaruh terhadap kehidupan larva kunang-kunang sedang ketahanannya tergantung pada umur larva tersebut. Variasi pH air yang baik untuk kehidupan larva kuang-kunang berkisar antara 6,5 ± 9,0. Sampah-sampah pencemar lingkungan mengandung pH basa dan asam, hal ini menyebabkan selalu terjadi perubahan pH. pH air yang kurang dari 5 dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir pada insang larva kunang-kunang sehingga menyebabkan ikan mati lemas. pH air yang lebih dari 9 akan menyebabkan larva tidak nafsu makan. Kandungan oksigen normal yaitu 4mg/liter. Proses penguraian bahan organik, pernafasan, dan pembusukan dalam air dapat mengakibatkan habisnya persediaan oksigen terlarut. Kenaikan temperature menyebabkan aktifitas metabolism organisme air meningkat dan ini mengakibatkan berkurangnya gas-gas yang terlarut didalam air. Kenaikan temperature juga akan menambah daya racun. Pencemaran yang disebabkan oleh pasir dan lumpur akan menyelimuti insang, sehingga sulit bernafas. Lumpur juga akan menyerap makanan yang berguna.


a.       Pengaruh Langsung, beberapa bahan pencemar yang terdiri dari bahan-bahan kimia yang berdaya racun tinggi dapat langsung mematikan larva kunang-kunang. Reaksi fisiologi larva terhadap pengaruh pestisida konsentrasi tinggi mukai terlihat setelah 30 sampai 60 menit sejak masuknya pestisida ke perairan. Pada konsentrasi rendah, reaksi inimulai terlihat dalam jangka waktu yang lebih lama. Insektisida organofosfat seperti diazinon, penthion, fonofos, dan tenofos mempunyai pengaruh yang menyebabkan tidak aktifnya enzim acetylholinesterase didalam syaraf larva dan lama kelamaan larva tersebut akan mati. Kecepatan terjadinya pengaruh organ ofosfat tergantung pada lamanya pencemaran, sifatdasar insektisida yang bersangkutan dan konsentrasinya. Daya racun herbisida pada umumnya lebih rendah dari daya racun insektisida.



1.     Klasifikasi Kunang-kunang

Kerajaan         :   Animalia
Filum              :   Arthopoda
Kelas               :   Insecta
Ordo               :   Coleoptera
Family            :   Lampyridae
Genus             :   Photuris
Spesies           :  Photuris lucicrescens

2.     Jenis Makanan
Makanan kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-siputan kecil, cacing,maupun serangga lain.

3.     Cara Pemeliharaan Kunang-kunang
Bila ingin memelihara kunang-kunang,  sebaiknya menyiapkan tempat yang di desain hampir sama dengan habitat aslinya. Tidak harus seluas dengan yang aslinya. Yang penting kunang-kunang nyaman dan betah tinggal disana. Makanannya pun bisa di ambil dari alam sekitar kita.

4.     Reproduksi Kunang-kunang
Diketahui ada dua tipe ritual perkawinan kunang-kunang. Tipe pertama, kunang-kunang betina akan melepaskan cahaya yang menarik perhatian kunang-kunang jantan.  Pada tipe ini, kunang-kunang  betina merupakan pihak  yang aktif  mencari  pasangan  sedangkan yang jantan pasif. Pada tipe kedua, ritual perkawinan diawali dengan kedipan-kedipan cahaya kunang-kunang jantan yang mengabarkan bahwa ia adalah perjaka atau duda kesepian yang tengah mencari kekasihnya yang kini entah dimana. Terbang kian kemari sambil berharap ada kunang-kunang betina yang sedang mejeng mencari jodoh. Kedipan cahaya suatu jenis kunang-kunang memiliki warna, intensitas dan kekuatanyang khas sehingga hanya kunang-kunang  jenis yang sama yang mampu mengartikulasikan makna kedipan cahaya tersebut. Kekhasan cahaya  pada saat mencari pasangan ini pulalahyang digunakan oleh para ahli untuk membedakan berbagai jenis kunang-kunang. Kunang-kunang betina jarang terbang mencari pasangan hidup, ia hanya menunggudi atas tanah atau rerumputan sambil berharap ada isyarat dari kunang-kunang jantan yang bakal menjadi tambatan hatinya. Ketika melihat cahaya kunang-kunang jantan,  sang  betina akan memberikan respon dengan pancaran cahaya yang mengisyaratkan bahwa ia telahmengenali signal sang jantan. Selanjutnya pejantan terbang menuju betina dambaan hidupnya.  Setelah dekat, kunang-kunang  jantan mengeluarkan cahaya terang berkali-kali, mungkin untuk meyakinkan bahwa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Demikian juga si betina akan mengeluarkansinar terang yang menandakan siap bercumbu, pejantan akan mendekati betina dan kemudian mereka kawin.
Proses perkawinan terjadi dengan  saling menyentuhkan kedua alat kelaminnya yang berada di ujung perut dan dilanjutkan dengan transfer paket sperma dari pejantan ke tubuhbetina. Paket sperma akan disimpan di dalam abdomen betina sampai ia siap bertelur. Proses perkawinan dapat berlanjut sepanjang malam, dan pada saat itu kunang-kunang tidak mengeluarkan cahaya. Setelah proses perkawinan, betina langsung memakan sang kekasihnya yang telah membuahi sel telurnya. Serangga jenis tertentu juga ada yang mempunyai kebiasaan seperti ini seperti Black widow, dll.
Dengan memakan lawan jenisnya, maka sang betina mendapatkan tambahan protein untuk membesarkan sel telur yang ada dalam tubuhnya. Kunang-kunang  bertelur pada saat hari gelap, telur-telurnya yang berjumlah antara100 dan 500 butir diletakkan di tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawahdedaunan. Pekuburan yang tanahnya relatif gembur dan tidak banyak terganggu merupakan lokasi ideal perteluran kunang-kunang. Setelah sekitar 30 hari, muncul larva kunang-kunang menyerupai cacing memancarkan cahaya, bentuknya pipih dengan kepala kecil dan rahang kuat.  Fungsi cahaya pada larva hanya untuk memperingatkan pemangsa agar tidak mencoba mengganggunya. Aktivitas utama larva adalah makan makanan yang berupa cacing tanah, siput kecil atauserangga kecil lain. Masa larva merupakan masa paling lama yaitu sekitar1-2 tahun sebelummenjadi kepom-pong. Hanya sebagian kecil dari telur kunang-kunang menetas menjadi larvadan hanya sedikit larva yang sukses menjadi kepompong. Beberapa pemangsa memangsa telur maupun kunang-kunang yunior. Sebelum menjadi kepompong larva akan membuat liang di dalam tanah.
 

Selanjutnya ia akan masuk dan melingkarkan tubuhnya di dakam liang. Mulutnya akan mengeluarkan lendir lengket yang ditempelkan di dinding liang. Setelah sebulan larva beristirahat dalam bilik, ia menanggalkan kulit untuk terakhir kali dan memasuki masa kepompong. Kepompong pada mulanya berwarna kuning pucat dan perlahan-lahan menjadi gelap, masa kepompong berlangsung sekitar 10 hari. Kunang-kunang dewasa keluar dari kepompong dengan  tubuh pucat yang akhirnya berkembang menjadi lebih gelap.  Kedua pasang sayap direntangkan agar mengembang dan kering.  Kunang-kunang dewasa ini tinggal di dalam bilik selama beberapa hari sampai kedua sayap depannya benar-benar keras dan membentuk elitera, perisai yang melindungi kedua sayap belakangnya yang lunak. Kunang-kunang dewasa hidup selama 2 - 3 minggu, untuk melakukan perkawinan. Selama itu aktivitas makan kunang-kunang sangat beragam, beberapa jenis hanya mengisap cairan tumbuhan sementara jenis lainnya meneruskan kebiasaan makan seperti ketika masih larva, sebagai pemakan serangga lain atau siput-siputan kecil .






I.          KESIMPULAN
1.      Serangga (disebut  pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas atau Arthropoda yang bertungkai enam (tiga pasang).
2.      Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari.
3.      Cahaya kunang-kunang dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultra violet maupun sinar infra merah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau.
4.      Kilau lampu-lampubuatan dari bangunan di daratan menyulitkan kunang-kunang dewasa untuk saling bertemu dan kawin di kegelapan malam.
5.      Kebanyakkan spesies kunang-kunang ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, payau, lembah, parit dan padang rumput.
6.      Kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri, dan mencari pasangannya.


II.        DAFTAR PUSTAKA
Borror et al. 2005.Study of Insect Ed-7. Amerika: Thomson Brook/ Cole.Campbell, N.A,J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.ISBN :979-688-469-0. Jakarta: Erlangga.
Prosiding Seminar Nasional Biologi XV,Universitas Lampung,ISBN979-8287-17-7.Lampung: Perhimpunan Biologi Indonesia.Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. (1991/1992).
Pendidikan IPA II , Hal 7-11 Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Suranto A. 2004. Khasiat & Manfaat Madu Herbal.ISBN 9793702028. Jakarta:AgroMedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar